

Sore itu adalah hari yang baik pada suatu musim semi. Eric Chambrelynn berjalan tertatih, mencari tempat yang pas di pelataran hutan. Seusai menemukannya, dia membaringkan diri di atas hamparan rumput. Menikmati gugusan pohon serta perbukitan hijau, bercampur semburat kemerahan di kaki langit. Dan tak jauh dari tempatnya merebah, sungai kecil mengalir menyejukkan.
Ingatannya tiba-tiba melayang ke waktu beberapa tahun silam.
“Ssh, aku Feorynch Clyde,” Anak aneh berusia dua belas tahun memperkenalkan diri. “Ya, ya, itu namaku.” Dia menatap Eric penuh harap.
Eric muda menyambut uluran tangan itu, tidak merasa risih sama sekali. “Aku Eric Chambrelynn. Senang bertemu denganmu. Omong-omong, kamu punya penampilan dan cara bicara yang tidak biasa. Bagaimana bisa? Keluargamu pasti hebat juga!” cecarnya penuh ingin tahu.
Feorynch menceritakan kebohongan demi kebohongan dengan sangat meyakinkan, yang membuat Eric muda makin tertarik. Pada saat itu, Eric yang begitu lugu sangat bersemangat mendengar segala sesuatu mengenai
teman barunya. Tak terlintas sama sekali dalam pemikirannya soal pengkhianatan, usaha balas dendam, maupun jati diri yang tersembunyi. Baginya kawan barunya tersebut adalah orang yang unik, dan—di sisi lainnya—amat luar biasa. Sebuah keberuntungan bisa berteman dengan Feorynch, menurut Eric muda.
Persahabatan palsu itu terjalin cukup lama, penuh suka serta dukacita. Setelah kehilangan orangtua, Eric dan adiknya hidup mandiri. Berpindah dari tempat satu ke tempat lain. Selama itu pula, Feorynch menemani mereka dengan ‘kesetiannya’. Hingga Dionde bergabung dengan keluarga kecil mereka, dan seorang pria malang menyusul satu tahun setelah kedatangan wanita itu.
Dan semua berakhir sampai di sana saja. Seseorang berbisik di telinga Eric, menyentaknya bangun dari tidur yang teramat singkat.
“Sheraga?” Eric menengadah. Dan dibantu oleh pria di depannya, dia berdiri.
“Sudah kuduga, kamu pasti kemari,” Sheraga tersenyum tulus, sebuah peristiwa langka. “Aku hanya mau memberitahu padamu, aku dan Dionde akan segera menikah. Tapi Gal menyarankan agar aku tinggal di Batya.”
“Batya?” ulang Eric, mendadak merasa sesuatu yang amat berharga baru saja lepas darinya. “Jadi kalian... mau meninggalkan kami?”
Sheraga mengangguk dengan sedih. “Aku tahu ini menyakitkan buatmu. Aku pun demikian. Namun apa boleh buat, pada dasarnya aku memang lahir di sana. Keluargaku menunggu.”
Pikiran Eric menjernih sekarang. Gal Raeva, klerik penyembuh yang bekerja untuk Kerajaan Luminesca, ternyata adalah rekan Sheraga di Batya. Wanita itu berperan cukup besar atas penyelesaian kasus pencurian Tombak Api. Dia meminta pada sang Raja dan para tetua kerajaan untuk mempertimbangkan peran kotor Feorynch, agar Eric dan saudara-saudaranya bebas dari hukuman, sekaligus menyembunyikan fakta sesungguhnya. Kalau bukan karena orang itu Eric, Sheraga, dan terutama Dionde pasti telah dipenjara. Atau yang lebih buruk, hukuman penggal kepala.
Namun wanita itu juga yang menyebabkan Eric, sekali lagi, kehilangan orang-orang yang berarti. Eric belum siap menerima kenyataan bahwa dia harus tinggal berdua saja, dengan adiknya. Di rumah kecil yang sama.
Meski telah mengalahkan Aglicus Lynch, Eric tidak mendapat penghargaan apa-apa. Dia menerima semua itu dengan sukarela, sebagai hukuman atas kecerobohannya. Tapi dia berharap, setidaknya, Sheraga dan Dionde tetap tinggal bersama.
“Eric,” Sheraga memanggil, menanti tanggapan. “Aku...”
“Tentu saja, aku mendukung apa pun keputusanmu,” Eric berkata dengan suara bergetar. “Terima kasih atas peran kalian selama ini. Tanpa kalian berdua, aku dan adikku tidak mungkin bisa hidup sejauh ini.”
Sheraga meraih punggung Eric. Mereka memeluk satu sama lain. Menumpahkan emosi yang tertahan.
“Kami akan pindah malam ini,” Sheraga memberitahu. “Gal sudah mempersiapkan segala keperluan, Shimon pun membantu. Kamu ingin ikut memberi salam perpisahan?” Dia menyeka air di sudut matanya.
“Ya,” Eric mengangguk. “Pasti.”
Dia memaksakan hatinya untuk setuju, walau teramat berat. Sheraga bukan orang dari Luminesca, dia memiliki kehidupan dan keluarga sendiri. Itulah kenyataannya.
Keduanya berjalan keluar dari hutan. Melewati jembatan batu yang biasanya, akhirnya mereka tiba di Aphra. Akan tetapi Sheraga tidak membawa Eric ke rumah, melainkan terus lurus. Sampai nyaris ke ujung kota.
“Apa ini sebenarnya?” Eric bertanya-tanya. Dia baru berhenti ketika sampai di deretan rumah orang-orang mampu. Dionde, Elisca, Gal, dan beberapa orang Aphra yang Eric kenal berdiri di depan salah satu rumah. Semuanya tidak tampak bersedih, malah sebaliknya.
Eric menghampiri Dionde. “Kalian... tidak jadi pindah ke Batya?”
“Batya?” Dionde mengangkat alisnya. “Untuk apa ke sana? Sheraga membeli rumah baru di sini. Mengapa kamu menanyakannya?”
Eric memutar badannya. Sheraga terkikik. “Kamu terlalu memercayai orang lain, Eric! Mana mungkin aku tega meninggalkanmu? Kalian semua adalah keluargaku yang sesungguhnya!” Dia menjitak dahi Eric keras-keras.
“Kamu membuatku cemas,” Eric meringis. “Pernah tergores ujung panah?”
“Baiklah, baik! Ampun!” Sheraga mengangkat tangannya. “Tapi dengan begitu, aku bisa tahu kamu sebenarnya menyayangiku. Haha.”
Iseng, Eric pun kembali mendekati Dionde. “Hei, Sheraga bilang dia ingin—”
Sheraga yang langsung mengetahui niat Eric menghambur ke arahnya. “Diam kamu!” teriaknya. “Aku takkan mengampunimu kalau kamu tidak bisa menjaga rahasia!”
Keduanya saling mengejar. Yang lain tertawa.
*
Lima tahun berlalu sejak penyerangan Aglicus Lynch ke Vranwynn. Luminesca memulihkan keadaan dengan cepat. Semua berkat kepemimpinan Raja Regulus yang lekas tanggap. Walau dalam peristiwa tak terduga tersebut banyak korban yang berjatuhan, lebih dari setengah penduduk Ibukota, sekarang semua orang seperti sudah melupakan kejadian itu. Sang Raja lebih dari berhasil dalam membangun kembali mental rakyatnya. Kini Luminesca lebih maju daripada tahun-tahun sebelumnya. Hubungan luar negerinya pun membaik, termasuk dengan Avratika.
Lalu, Sheraga dan Dionde benar-benar membangun hidup baru, dan sungguhan berpindah tinggal ke Batya. Sheraga sendiri nyatanya adalah putra seorang pejabat berpengaruh di sana. Dahulu dia melarikan diri karena tidak ingin dilibatkan dengan sebuah konspirasi penggulingan raja. Setelah keyakinannya terkumpul dan keadaan negerinya stabil, dia memberanikan diri kembali ke kampung halaman. Kabarnya, banyak Elf di Batya menyambut pria itu saat kepulangannya. Dan sebelum pergi, dia meminta maf pada Eric atas ketidakjujurannya serta mengatakan telah mendapat banyak pelajaran berharga dari kehidupan sederhananya di Aphra.
Sedangkan di pihak lain, Eric dan Elisca diangkat Raja Regulus menjadi keluarga kerajaan. Gal—yang telah diberi keterangan dari Sheraga—lagi-lagi bertindak dengan menceritakan kenyataan pada sang Raja; bahwa Aglicus Lynch tidak menyerang begitu saja tanpa alasan khusus, Feorynch adalah seorang berusia lima ratus tahun yang dapat berganti rupa dan mencoba memperdayai Eric serta generasinya ke atas, sampai perselisihan antara Eclausus Chambrelynn dan keturunan Luminos Lynch. Maka oleh sebab itulah, akhirnya Raja Regulus memaafkan kesalahan Eric, memberinya tempat yang layak, dan sebuah gelar. Asal Eric tidak mencoba mengubah sejarah dengan membeberkan kebenaran kepada khalayak massa. Yang dikhawatirkan bisa merusak keyakinan masyarakat yang telah dibangun sekian lama.
Sebetulnya Eric telah memberi tanggapan bahwa penghargaan atas dirinya itu berlebihan. Tapi apa boleh buat, sang Raja memaksa. Rupanya keberanian Eric dalam mengatasi halang rintang telah menggugah hatinya.
Alhasil, kini Eric tengah berjalan-jalan di balkon istana Luminesca, menunggu matahari terbenam pada musim gugur. Elisca duduk tak jauh darinya, tengah melukis sesuatu.
“Elisca, apa itu?” tanya Eric. Di dalam kanvas tersebut ada banyak orang; Eric dan Elisca, kedua orangtua mereka, Sheraga dan Dionde, serta Raja Regulus yang berada di paling tengah.
“Itu... kamu bisa melihatnya sendiri, kan, Eric?” balas Elisca tak acuh, tanpa memandang Eric. Dia sibuk menambahkan detail pada latar belakang.
Eric menarik napas panjang dan menilik lukisan kembali sebelum berpendapat, “Lukisanmu kurang satu orang.”
Adiknya mendongak, menghentikan pekerjaannya. Alis tipisnya terangkat, penasaran. “Siapa memangnya?”
“Feorynch,” sebut Eric tanpa ragu. “Dia juga saudaramu.”
“Nggak!” bantah Elisca sambil mendelik. “Kamu lupa apa yang diperbuat ular licik itu terhadapmu? Gara-gara dia, kita kehilangan orang tua. Karena dia kita hidup menderita, dan karena dia juga aku pernah berpisah denganmu. Tanganmu pun, sampai harus diganti dengan campuran logam... Aku prihatin padamu. Kenapa kamu gampang sekali memaafkan orang, Eric?” Dia mulai terisak.
Eric menyunggingkan senyum, lalu memeluk adiknya. Setelah sekian kali pertanyaan seperti ini diajukan kepadanya, berkat pengalaman serta kenyataan yang berlangsung di depan matanya, pada akhirnya Eric menemukan sebuah jawaban, “Karena dengan saling percaya dan memaafkan satu sama lain, dunia ini akan menjadi jauh lebih baik.”
[Luminesca - End]